Skip to main content

Whit Dance And Song For Survive

Seolah aku tak menyadarinya tapi aku menjalaninya, demikian aku harus paham bahwa nyanyian dan tarian perut yang lapar menjadi hiburan di hari-hariku yang selalu dalam kondisi yang selalu pilu. Aku selalu ada dalam kenyataan yang tak selalu mengenakkan. Hari ini aku lapar hari berikutnya aku tak merasakanya lagi. Begitu selalu ku alami disudut kota yang tak bersahabat ini. Aku melihat kesombongan yang kaki-kakinya menapakkan keangkuhan yang luar biasa, disisi lain yang aku lihat tarian perut kosong yang melilit seakan mejerit-jerit untuk diberi kelegaan. Aku berontak tapi apa daya aku tak pernah sanggup untuk melawanya. Kenyataan itu yang menjadikan aku semakin sadar bahwa hidup ini hanya sebuah panggung permainan yang aku sendiri tidak paham apa arti dan lakonnya.
Bumiku bergerak seakan tak paham dan mengerti apa arti gerakan itu. Gerakan yang tak jarang menghasilkan ilusi yang semu meski hari-hari yang ada membuat aku tak mau dan enggan menghadapi semuanya itu. Aku hendak menyerah kalah pada nasib dan keadaan, aku benci semua yang aku hadapi. Ya, tapi bukan itu maksudku, aku hanya ingin melawan melawan keadaan itu. Dalam doaku aku mengeluh padaNya “Tuhan dimana keadilan, kuasa, dan kerahimanMu, kenapa aku kau biarkan lapar dan tak mampu untuk menelan apapun yang Engkau berikan”, teriaku. Ya namun itu hanya teriakanku yang kosong belaka, aku tetap tak bergerak untuk memuasakan lapar dan dahagaku.
Sejenak aku tersentak akan ingatanku pada mereka yang mengantungkan nasibnya padaku. Air mataku tak tertahankan lagi, harapanku untuk mampu memberi mereka makan semakin menjadi hampa, aku tak tahu harus berbuat apa-apa lagi “ Tuhan…..Tuhan ku panggil namaMu biarkan aku merasakan nikmatnya anugerahMu”, tak satupun jawab aku terima. Semakin sedih dan bimbanglah hati dan pikiranku. Tak tahu lagi kemana aku cari apa yang akan aku makan, jangankan kok apa yang akan aku makan,lalu apa yang akan aku berikan pada mereka sedang aku sendiri lapar dan tak bisa memenuhi makananku sendiri. Ketakutan itu semakin menjadi tatkala kulihat orang-orang berlarian membawa golok dan petungan. Ah…..biarlah pikirku toh mereka tak akan pernah menyetuhku. Meski aku kelihatan dekil dan gembel toh aku buakan penjahat yang akan mereka kejar dan mereka bunuh.
Dalam kenyataanya aku memang bukan penjahat , atau maling yang layak untuk dijagal atau digebuki, bahkan aku tak layak untuk disakiti meski dengan kata-kata

Popular posts from this blog

Lik Mitro Mapor

KEMBALI JAUH DARI YANG KUSAYANG

       Kembali jauh dari yang ku sayang ini judul dari tulisanku kali ini setelah sekian lama vakum menulis di blog ini. Sekian lama vakkum menulis terasa kagen juga. Itung-itung mengasah hobi masa lalu. kecintaanku dalam dunia menulis ternyata sungguh membuat aku rindu. entah bagaimana akhirnya Tuhan mengijikan aku menulis kembali. Sekarang ini aku mencoba menuangkan lagi kisahku jauh dari mereka yang aku sayang.          Awal kisah ini, saat masih berjuang sendirian di kota Jogja saat aku jatuh, dan akahirnya sedikit demi sedikit aku mampu untuk bangkit dan menapak kehidupan baru bersama mereka yang aku cintai dan sayangi. di kota Jogja tanah kelahiranku aku memeulai sesuatu yang baru. Kembali bangkit dan jatuh kembali. Bangkit dan jatuh lagi adalah suatu hal yang sudah puas kualami di kota Jogja. namun aku selalu berhasil untuk sabar karena mereka yang ku cinta dadn sayang selalu bersamaku.          Kini saat ...

Limbah Pizza Hut Jl. Sultan Agung, Ganggu Warga Sentul Rejo

mitromoto.blogspot.com|19-12-2015|| Tidak di ragukan lagi bahwa suasana usaha dan investasi bidang kuliner di Jogja semakin marak di tengah gencarnya promosi pariwisata Jogja. Namun kenyataan ini tak jarang mempunyai efek yang secara signifikan mengangu masyarakat di sekitar lokasi usaha yg di bangun. Kenyataan ini terjadi di daerah Sentul Rejo lebih tepatnya di Gang Rode hingga kekampung Sentul Rejo bagian belakang Waralaba Pizza Hut di Jalan Sultan Agung. Gang Rode adalah gang yang dilalui oleh pipa pembuangan limbah dari restoran ini. Limbah yg berbau busuk dibuang melalui pipa menuju saluran pembuang jaman Belanda yg sudah sangat usang. Karena usia dan kondisi saluran kuno ini terkadang tidak dapat menampung limbah dari restoran ini yang akibatnya sering meluap ke jalan kampung dengan menebar bau busuk. Didik mantan RT di kampung tersebut yang paling parah terdampak oleh luapan tersebut, karena rumah yg ia tempati pas di depan bak kontrol saluran jaman Belanda yg sering meluap....