Skip to main content

KETIKA SIBODOH MENGANALISA, BERUBAHKAH ?

Bagi orang bodoh seperti saya ini hari kesaktian pancasila mungkin hanya punya arti bahwa saya harus upacara mengenang para pahlawan revolusi. Pahlawan revolusi yang sekarang ini sudah tidak tren lagi ditelinga para pelajar, mahasiswa, pegawai negeri dan para petinggi negeri ini. Sejak terjadinya krisis ekonomi akibat ulah kita sendiri, rasanya gerakan memaknai pacasila sebagai lambang dan filosofi kehidupan berbangsa dan bernegara di negeri kita yang sedang berduka ini tidak lagi di perhatikan. Mungkin malah lebih parah lagi sebagian dari kita tidak hafal dengan lima sila dalam pacasila itu. Saya akui saya sendiripun sebenarnya hampir lupa meskipun sudah mengantong sertifikat penataran P4 sejak masuk SMP hingga saya masuk STM. Kebetulan saya ketika saya kuliah sudah tidak diwajibkan lagi mengikuti penataran P4 karena simbah kita yang memimpin negeri ini yang mengharuskan kita ikut penataran itu sudah “lengser keprabon” mengikuti kehendak arus reformasi. ( meski sebenarnya saya nggak pernah kuliah karena biaya kuliah sangat mahal). Pertanyaan sesakti apakah pancasila itu muncul dari hasil permenungan dan diskusi dengan teman-teman praktisi paranormal yang ada di sebuah negeri bernama “Benar-Benar Khayalan” Mungkin dikaji secara hukum negara manapun, ilmu tata negara, atau bahkan dalam logika politik AD/ART Negara manapun pasti tidak akan dianggap ilmiah. Penjelasan ini muncul dari interpertasi murni oleh batin dan budi serta diskusi dengan praktisi paranormal. Tetapi mungkin tulisan ini juga dianggap tidak normal dalam pandangan orang yang berilmu formal tinggi. Memahami Kesaktian Pancasila Pertama-tama kita harus memulai dulu dengan membaca dan merasakan makna terdalam lima sila dalam pacasila itu. 1. Ketuhanan Yang Maha Esa 2. Kemanusiaan yang adil dan beradap 3. Persatuan Indonesia 4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan 5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia Dalam kelima sila ini mempunyai sangat dalam yang mencermikan “ Kesaktian Pancasila” Nah makna ini selama ini tidak mendarah daging dalam diri manusia Indonesia. Bahkan Penataran P4 sendiri, seringkali tidak mengupas maknanya dari sisi filosofis hubungan sosial manusia dengan Tuhan, alam, dan manusia yang lain. Penataran P4 dulu sering menjadi jalan untuk memasukkan doktrin-doktrin dari kelompok tertentu demi mempertahankan kekuasaanya pada negara ini, dan akhirnya apa yang terjadi adalah penuaian masal bencana dan kesengsaaran bagi seluruh bangsa yang disebut “Pancasial” 1. Kehancuran Metal Bangsa 2. Hilangnya Keyakinan Pada Tuhan Dan Rusaknya Alam 3. Korupsi, Kolusi, dan Nepostisme Mendarah Daging 4. Monopoli dan Manipulasi Hasil Bumi 5. Bencana Alam Yang Bertubi-Tubi Maka Sebagai Bangsa yang ingin keluar dari kehacuran bangsanya maka kita perlu memaknai pancasila sesuai dengan porsi sebenarnya seperti yang dimaksud para pencetusnya, sehingga pancasila sungguh-sungguh menjadi pacasila dan bukan menjadi “pancasial” dan effek kesaktian pancasila sungguh-sungguh di rasakan oleh bangsa dan Negara ini. Bagaimana memaknai kesakitian pancasila itu? Pertama-tama yang harus kita pahami adalah lima sila pancasila bukanlah sebuah penggalan frase penggungah rasa kebangsaan semata-mata melainkan satu kesatuan untuh yang tak dapat di penggal-penggal. Maka membaca makna pancasila haruslah utuh sebagai satu kesatuan yang benar. Pertama adalah sila Ketuhanan Yang Maha Esa sila ini hendak menujukan bahwa Negara ini adalah negara bagi manusia yang mempunyai Tuhan. Mengapa tidak mengunakan kalimat : Keberagamaan Yang Maha Esa atau Ketuhanan Yang Maha Esa Berdasarkan Syarikat Islam. Jawabanya sangatlah jelas bahwa pencetus dasar Negara ini sadar bahwa setiap manusia dapat beragama, apapun bentuk wujudnya tetapi tidak setiap manusia sadar bahwa dirinya ber-Tuhan dan sadar bahwa hidup mereka adalah anugerah Tuhan. Tidak Mengunakan kata Syarikat Islam karena para pencetus juga sadar bahwa ketuhanan itu tidak disandarkan pada salah satu bentuk agama saja melainkan justru sebaliknya bahwa manusia yang beragama harus ber-Tuhan. Maka kita seharunya sadar bahwa yang pertama mengimani keberadaan Tuhan lebih dahulu dan memahami konsep Tuhan lebih dahulu dari pada kita melaksanakan secara mentah-mentah ajaran ( doktrin ) suatu agama yang belum tentu kebenarannya karena agama adalah sistim sosial yang mengorganisir kepercayaan kita pada eksistensi keberadaan Tuhan. Apa gunanya kita bergama kalau kita mengeksklusikan keberadaan Tuhan yang mengatasi semua hal manusiawi yang kita miliki. Jika kita sudah memahami ini semua maka akan memjadikan kita sebagai pribadi manusia yang adil dan beradap, seperti yang termaksud dalam sila kedua Kedua adalah sila Kemanusian yang adil dan beradap. Sila ini manujuk pada sifat masing-masing pribadi manusia yang ber-Tuhan yaitu manusia yang adil dan manusia yang beradap. Sehingga sifat manusia yang seperti itu menunjuk pada sifat manusia yang utuh memeiliki kebijaksanaan, memiliki rasa keadilan dan dapat menimbang dan merasa bagaimana seharusnya adil, dan menjadikan peradaban semakin nyata karena kuasa Tuhan yang menaunginya. Setelah manusia memiliki keberadapan (tata hidup bersama) dan Rasa adil dan kemauan untuk berbagi maka mereka mencoba untuk bersatu dalam meraih cita-cinta bersama dalam sebuah negara. Maka dapat dipastikan dalam fase ini masing-masing diri mau terbuka pada orang lain untuk bersatu mewujudkan cita-cita bersama maka munculah sila ketiga yaitu persatuan Indonesia. Ketiga adalah sila Persatuan Indonesia sila ini menujukan bahwa manusia yang ber-Tuhan, punya peradaban, dan rasa keadilan ingin bersatu membuat tata sosial hidup bersama dalam persatuan yang utuh dan menciptakan keadilan bagi seluruh lingkup hidupnya. Dengan cara yang di sebutkan dalam sila keempat yaitu Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan. Keempat ada sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan. Dalam sila ini hendak meunjukan bahwa bangsa ini kekuasaan utama dan terbesar ada di tangan rakyat yang di wakili oleh orang-orang yang duduk di parlemen ( MPR dan DPR) untuk menyuarakan kepentingan penguasa bangsa ini yaitu rakyat karena jalan inilah yang di setujui bersama dalam musyawarah sebagai jalan untuk memjalankan roda pemerintahan negara ini. Cara inilah yang diyakini dalam musyawarah mampu menciptakan sila kelima yaitu keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Kelima adalah sila penutup yang berbunyi Keadilan Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Sila keliama ini adalah sila penutup yang merupakan cita-cita yang diharapakan oleh pencetus pancasila sehingga semua yang dilakukan dan diusahakan haruslah berujung pada sila ini. Namun pertanyaanya apakah keadilan itu harus sama dirasakan seluruh anggota bangsa ini? Yang dimaksud dengan kedialan adalah keadilan yang sesuai porsi dan peran masing-masing anggota bangsa ini. Bukan keadilan yang sama rata dan sama rasa ( seperti yang di pakai oleh negara sosialis) melainkan keadilan yang sesuai dengan peran dan porsi masing-masing anggotanya. Karena masing-masing anggota bangsa ini mempunyai hak dan kedudukan yang sama di mata sosial kemasyarakatan dan dimata Tuhan. Hal inilah yang di maksud sebagai kesaktian pancasila. Masing-masing sila saling bertaut dan mempunyai makna yang dalam dan indah bila dilaksanakan dengan benar dan baik. Tetapi kenyataan yang terjadi adalah sebaliknya. Apa sih kenyataan yang berkebalikan itu ? Kenyataan Yang Berkebalikan Kenyataan yang berkebalikan adalah terjadinya arus ateis praktis yang mengakibatkan manusia Indonesia tidak terlalu meyadari keberadaan Tuhan yang melingkupi diri manusia Indonesia. Secara konseptual bangsa ini menyakini lima agama resmi yang diakui dan dilindungi undang-undang negera ini. Kebebasan beragama katanya dijamin, tetapi yang terjadi masing-masing agama dibiarkan dalam konflik berkepajangan bahkan ada kecenderungan birokrasi mempersulit salah satu agama untuk melakukan ibadat dengan mempersulit ijin mendirikan rumah ibadat. Bukankah hal ini menunjukan bahwa beragama belum tentu ber-Tuhan atau mungkin lebih buruk lagi Tuhan hanya dijadikan alat legitimasi bagi agama yang lain untuk menguasai agama yang lainya? Ini sebuah pertanyaan dan tatangan bagi sila pertama dalam bangsa ini. Manusia beragama bertindak adil apakah keadilan dalam bangsa ini telah menjadi perjuangan bagi setiap manusia yang ada dalam negara ini. Barangkali benar keadilan menjadi perjuangan sebagian kecil masyarakat yang terpinggirkan dan teraniaya. Tetapi bagi penguasa apakah hal ini benar-benar menjadi perjuangan? Lalu pertanyaan ini merembet pada apakah negara ini menjadi bangsa yang beradap ketika sebagian kecil atau barangkali sebagian besar masyaratnya berjuang demi keadilan hidupnya tetapi sebagaian kecil saja yang menikmati hasil pembangunan? Lalu apakah ini yang di sebut persatuan dalam mencapai cita-cita bangsa? Jika para wakil rakyat yang dipercaya menjadi juru bicara rakyat dalam bermusyawarah menetukan arah hidup dan keberlangsungan bangsa ini justru adu mulut dan adu jotos di meja parlemen ? Lalu apa yang banggakan dibangsa ini? Apakah menyelesaikan konflik melalui musyawarah jika kenyataanya meja parlemen menjadi ajang pindah tidur, dan ring tinju? Apakah sila ketiga, dan keempat telah dilaksanakan? Jika sila dalam pancasila yang sakti itu tidak pernah dipahami oleh para wakil rakyat dan para birokrat mungkinkah sila kelima yang katanya mewujudkan keadilan bagi seluruh Indonesia bis a terwujud? Segudang pertanyaan mengenai kebalikan dari kesaktian pancasila itu muncul dalam benak saya orang bodoh yang hanya tahu bekerja dapat uang dan hidup kecukupan aman dan tenteram ini menjadi pertanyaan seluruh bangsa ini. Apakah kita ingin bahwa pancasila sungguh-sungguh akan menjadi pancasila yang sakti? Jika kita ingin menjadikan pancasila sungguh benar-benar sakti mari kita semua berasama berjuang mewujudkan pancasila yang sakti. Luapan Ide Sang Sumitro Senin ,19 Maret 2007

Popular posts from this blog

Lik Mitro Mapor

KEMBALI JAUH DARI YANG KUSAYANG

       Kembali jauh dari yang ku sayang ini judul dari tulisanku kali ini setelah sekian lama vakum menulis di blog ini. Sekian lama vakkum menulis terasa kagen juga. Itung-itung mengasah hobi masa lalu. kecintaanku dalam dunia menulis ternyata sungguh membuat aku rindu. entah bagaimana akhirnya Tuhan mengijikan aku menulis kembali. Sekarang ini aku mencoba menuangkan lagi kisahku jauh dari mereka yang aku sayang.          Awal kisah ini, saat masih berjuang sendirian di kota Jogja saat aku jatuh, dan akahirnya sedikit demi sedikit aku mampu untuk bangkit dan menapak kehidupan baru bersama mereka yang aku cintai dan sayangi. di kota Jogja tanah kelahiranku aku memeulai sesuatu yang baru. Kembali bangkit dan jatuh kembali. Bangkit dan jatuh lagi adalah suatu hal yang sudah puas kualami di kota Jogja. namun aku selalu berhasil untuk sabar karena mereka yang ku cinta dadn sayang selalu bersamaku.          Kini saat ...

Limbah Pizza Hut Jl. Sultan Agung, Ganggu Warga Sentul Rejo

mitromoto.blogspot.com|19-12-2015|| Tidak di ragukan lagi bahwa suasana usaha dan investasi bidang kuliner di Jogja semakin marak di tengah gencarnya promosi pariwisata Jogja. Namun kenyataan ini tak jarang mempunyai efek yang secara signifikan mengangu masyarakat di sekitar lokasi usaha yg di bangun. Kenyataan ini terjadi di daerah Sentul Rejo lebih tepatnya di Gang Rode hingga kekampung Sentul Rejo bagian belakang Waralaba Pizza Hut di Jalan Sultan Agung. Gang Rode adalah gang yang dilalui oleh pipa pembuangan limbah dari restoran ini. Limbah yg berbau busuk dibuang melalui pipa menuju saluran pembuang jaman Belanda yg sudah sangat usang. Karena usia dan kondisi saluran kuno ini terkadang tidak dapat menampung limbah dari restoran ini yang akibatnya sering meluap ke jalan kampung dengan menebar bau busuk. Didik mantan RT di kampung tersebut yang paling parah terdampak oleh luapan tersebut, karena rumah yg ia tempati pas di depan bak kontrol saluran jaman Belanda yg sering meluap....