Mitromoto.blogspot.com, Yogyakarta- tidak semudah dan segampang yang ku kira. Sebuah perjalanan mencari identitas yang sebenarnya atas diriku justru mempertemukan aku dengan teman seminari yang mengalami masalah yang sama atau bahkan justru lebih parah.
Aku datang ke Yogyakarta tanah kelahiranku sebenarnya ingin mencari kesembuahan atas hilangnya kesejatianku. Saat aku berhenti dari pekerjaanku yang lama seakan dunia ini runtuh tanpa ada pengharapan. Seakan dunia ini tidak menghendaki keberadaanku. Dan aku kehilangan semangatku. Dan aku mundur jauh seratus langkah kebelakang.
Sekarang dengan runtuhnya duniaku dan kehancuran duniaku itu kuniatkan meninggalkan anak dan istri mencari kedamaian batin. Dan ternyata yang kutemukan seribu kekecewaan yang sama, seribu dendam yang tak berbeda. Dan ternyata semua adalah obat untuk memulai sesuatu yang baru dengan hanya diam dan mendengar.
Jiwaku takut dan tergetar namun hatiku keras membaja melawan kenyataan yang ada. Memang semua hanya sementara namun yang menyesak hanya rasa rindu pada anak istri yang adalah keluarga kecilku. Keluarga yang sangat mencintaiku.
Aku berharap segera mendapatkan sedikit ruang bernafas lega nyatanya yang kutemukan hanya rasa ragu dan bimbang adanya. Aku tak ingin semua terluka namun ketila aku menerima lukanya aku tak sanggup menahan perihnya. Aku tergetar saat jiwaku bertanya mengapa aku harus menyakiti diriku. Mengapa harus aku yg tergetar dengan rasa bersalah?
Kini aku hanya rindu pada keluarga kecilku. Aku tidak tahu mesti bagaimana namun senyatanya aku benci semua ini terjadi. Dan aku harus jujur semua tak akan bisa kumaafkan tanpa ikhlas yg mendalam. Belajar menjadi ikhal dan berserah pada Tuhan.
Tuhan semoga semua engkau buka pintu ikhlasku dan selalu jadikan pasrah pada kehendakMu. Jogja 11 Juli 2015. #edisitersesatditanah kelahiran
Aku datang ke Yogyakarta tanah kelahiranku sebenarnya ingin mencari kesembuahan atas hilangnya kesejatianku. Saat aku berhenti dari pekerjaanku yang lama seakan dunia ini runtuh tanpa ada pengharapan. Seakan dunia ini tidak menghendaki keberadaanku. Dan aku kehilangan semangatku. Dan aku mundur jauh seratus langkah kebelakang.
Sekarang dengan runtuhnya duniaku dan kehancuran duniaku itu kuniatkan meninggalkan anak dan istri mencari kedamaian batin. Dan ternyata yang kutemukan seribu kekecewaan yang sama, seribu dendam yang tak berbeda. Dan ternyata semua adalah obat untuk memulai sesuatu yang baru dengan hanya diam dan mendengar.
Jiwaku takut dan tergetar namun hatiku keras membaja melawan kenyataan yang ada. Memang semua hanya sementara namun yang menyesak hanya rasa rindu pada anak istri yang adalah keluarga kecilku. Keluarga yang sangat mencintaiku.
Aku berharap segera mendapatkan sedikit ruang bernafas lega nyatanya yang kutemukan hanya rasa ragu dan bimbang adanya. Aku tak ingin semua terluka namun ketila aku menerima lukanya aku tak sanggup menahan perihnya. Aku tergetar saat jiwaku bertanya mengapa aku harus menyakiti diriku. Mengapa harus aku yg tergetar dengan rasa bersalah?
Kini aku hanya rindu pada keluarga kecilku. Aku tidak tahu mesti bagaimana namun senyatanya aku benci semua ini terjadi. Dan aku harus jujur semua tak akan bisa kumaafkan tanpa ikhlas yg mendalam. Belajar menjadi ikhal dan berserah pada Tuhan.
Tuhan semoga semua engkau buka pintu ikhlasku dan selalu jadikan pasrah pada kehendakMu. Jogja 11 Juli 2015. #edisitersesatditanah kelahiran